4. Mark up Harga Beli
Nah, kalau ini mungkin yang kita sering sebut sebagai KORUPSI pembelian. Si pegawai yang melakukan suatu pembelian atas nama perusahaan menaikkan harga dari supplier kepada perusahaan agar mendapatkan kelebihan dana. Modusnya, si pegawai biasanya meminta nota kosong dari si supplier supaya dia mudah mengisi sendiri harga yang diinginkan atau bahkan si pegawai meminta si supplier untuk tulis harga lebih dari harga sebenarnya.
Solusinya seperti apa? Buatlah standarisasi supplier dan penyedia yang sudah langganan dan kita tahu benar harganya seperti apa. Jangan sembarang terima rekomendasi supplier dari si pegawai. Cara lain? Kalau harganya agak tidak masuk akal, telponlah si supplier untuk memastikan.
Cara lain? Rekap bukti pembelian dengan baik, bandingkan pembelian selanjutnya dengan pembelian lalu, kalau terjadi perubahan yang cukup signifikan, kemungkinan besar karyawan anda korupsi.
5. Mencuri / Mengambil Konsumen
Kasus ini biasanya terjadi di bisnis berbasis B2B (business to business) dan jasa. Si marketing mengambil konsumen kita untuk digarap sendiri ataupun melempar ke competitor sehingga dia mendapatkan komisi yang lebih besar.
Jujur saja, kecurangan tipe ini agak lebih sulit dikontrol dibandingkan yang lain karena sifatnya lebih personal choice. Tapi beberapa solusi jitu yang biasanya dipakai adalah:
Jangan mengajari si marketing keahlian inti dalam bisnis agan. Buat si marketing untuk tidak bisa menguasai keseluruhan keahlian yang dibutuhkan dan tutup akses untuk mengajak kerjasama person penting dalam bisnis agan. Makanya, diperusahaan besar rata2 si marketing hanya tau cara menjual dan sama sekali tidak diajari cara melaksanakan project atau akses ke supplier. Cara ini jelas mengurangi kemungkinan konsumen kita digarap sendiri.
Buat system Target yang cukup tinggi dan komisi yang menarik. Ini jelas mengurangi kemungkinan konsumen kita dilempar.
Tapi, cara yang menurut ane paling jitu adalah si owner punya kedekatan personal dengan tim marketing. Karena kalau kedekatan personal sudah terbangun, keinginan untuk ‘mengkhianati’ akan berkurang dengan sendirinya.
6. Menyalahgunakan Aset (telpon, Mobil)
Nah, cukup banyak nih karyawan yang suka ‘jail’ menggunakan asset perusahaan untuk kepentingan pribadi. Sebenarnya kalau masih tahap wajar sih banyak yang tidak mempermasalahkan, anggap saja fasilitas tambahan untuk karyawan. Tapi, kalau sudah melewati batas, inilah yang harus dicegah.
Kasus paling sering adalah pemakaian Telpon kantor secara berlebihan sehingga tagihan telpon kantor membengkak. Solusinya seperti apa? Pemakaian cctv, pelacakan tagihan secara detail, dan pendaftaran pemakaian asset bisa jadi pilihan bagus.
7. Menerima Suap
Nah! Biang korupsi juga nih! Si karyawan menerima suap untuk meloloskan seorang supplier. Biasanya kasus ini terjadi diperusahaan sekala menengah yang sudah punya bagian pembelian tersendiri.
Solusinya gimana? Jujur ini agak sulit dideteksi, tapi dengan system pembelian yang ketat (supplier langganan, tender, dan harus persetujuan direksi untuk pembelian besar) dan audit internal yang kuat, hal ini bisa diminimalisir.
8. Membantu Kompetitor
Kasus ini juga lumayan kompleks. Karyawan bisa membocorkan data confidential perusahaan kepada competitor secara sengaja dengan imbalan tertentu ataupun dengan tidak sengaja.
Kok bisa tidak sengaja? Bisa saja tim business intelligence competitor sangat handal sehingga si karyawan tidak merasa membocorkan data confidential, bisa saja pakai kedok hubungan asmara dll. Kalau sengaja ya jelas dia punya niatan dan cari kesempatan untuk dapat imbalan lebih.
Solusinya cukup sederhana, jangan satukan data confidential di 1 orang atau 1 tim. Sebar data confidential ke beberapa tim dan buat itu useless kalau hanya berdiri sendiri. Selain itu, buat security system yang baik, artinya data tidak bisa keluar masuk dengan mudah. Data hanya bisa diakses dikantor dan dikomputer tertentu dengan login tertentu. Terakhir, jelas buat hukuman yang berat bagi pelaku, jalur hukum pun bisa ditempuh dan denda ratusan bahkan milyaran rupiah bisa terjadi.
“ oke bro, saya jadi optimis bisnis ini bisa terus berkembang tanpa khawatir tentang kecurangan karyawan”
Si klien pun menjabat tangan saya.
Ah.. saya masih harus menembus macetnya jakarta di sore hari, untung tim saya masih menyimpan semangat untuk bergumul dengan macet, saya tidak sendiri
kesimpulan sharing kita hari ini adalah:
Mencegah lebih baik daripada mengobati, kan?
Okee, kita sharing lain waktu lagi ya!